Kamis, 08 Mei 2014

De Pawer of Mata Minus B-)

Ketika pikiran sudah tak sanggup mengendalikan mata, maka keterbatasan yang akan mengendalikannya. 

Terkadang, di suatu keadaan yang memungkinkan, aku memutuskan untuk tidak memakai kacamataku. Itu akan membuat mataku dalam beberapa jam terbebas dari dosa akibat fitnah yang bertebaran di jalan. Memang, aku membiasakan diri untuk memandang sekali pandangan saja, tetapi ada waktu ketika pikiran ini lebih didominasi oleh keinginan salah untuk melihat hal-hal yang seharusnya tidak dilihat, terus berbisik dan berbisik. Jlebbb, akhirnya bobol juga. Apalagi dengan penglihatan yang jernih. 

Sewaktu di SMA, aku punya cerita. Ruang kelas kami waktu itu bersebelahan dengan ruang kelas jurusan kimia analis. Di ruang itu, memang banyak siswi yang cantik cantik dan memakai rok. Terkadang temanku, dari lubang dinding yang memisahkan kelas kami, mengintipi cewek cewek di sana itu. Ada yang kelihatan setengah paha, ada juga yang sampai tersingkap roknya dan bisa terlihat C*nya dari kejauhan. Kalau sudah begitu, kadang mereka rebutan untuk tidak melewatkan momen yang jarang-jarang bisa terulang lagi. Maka kadang teman-teman mengajakku untuk mengintip dari lubang sebesar uang koin itu. Aku menolak. Adalah suatu keinginan yang terhalang keterbatasan. Ya, untuk apa? Toh, aku tidak akan bisa melihat apa-apa dengan kondisi mata minus ini. 

Kadang aku merasa bersyukur dengan mata minus ini. 

Kuakui, keterbatasan jarak pandang memang berpengaruh dalam prestasi akademik di sekolah. Seperti dulu ketika aku duduk di smp kelas 1. Di cawu ke - 2 ku, aku mulai merasakan keterbatasan itu. Tapi karena aku rajin belajar dan mencatat buku tulisan teman sepulang sekolah, nilaiku tidak jeblok-jeblok amat. Di penentuan kenaikan kelas, aku berhasil naik tingkat dan bertahan di kelas A. Oh ya, di sekolahku dulu distribusi penempatan kelas didasarkan atas nilai masing-masing murid. Secara hirarki, murid yang nilainya bagus akan masuk di kelas A, selanjutnya ke B, C, D, dan C. 

Masuk di kelas 2, persaingan makin ketat. Ada beberapa murid dari kelas lain yang berhasil masuk ke kelas A, di kelasku. Tentu karena hasil ujian kenaikan mereka tinggi sehingga bisa masuk di kelas ini. Aku harus bersaing dengan mereka, supaya ketika ujian kenaikan kelas untuk masuk di tingkat 3 nanti, aku bisa bertahan di kelas B. Tapi ternyata, keinginan tak sesuai hasil. Meski aku tidak mau menyalahkan mataku secara berlebihan tapi tak bisa kumenis bahwa penyebabnya ya juga mataku ini. Karena kesulitan melihat apa yang diterangkan guru di papan tulis, aku jadi sulit belajar. Aku tidak paham. Dan setiap ujian, apalagi matematika, nilaiku hancur minah. Di ulangan harian, aku pernah dapat nilai 2, bahkan bendol gede. Itu prestasi terparah yang pernah kudapatkan. Aku jadi malu setengah mati, sewaktu pembagian kertas hasil ulangan. Ibu guru menyindir-nyindir nilai merahku ini dengan muka masam, bercampur kecewa. Ketiak bu guru menyebut, dengan nada ketus, "ada yang dapat dua!" kelas seketika jadi hening. Teman-temanku, yang tadinya sibuk dan riuh membahas nila yang mereka dapat, jadi diam. Keluar nada heran, dan muka melongo. Ada yang bertanya, "Hah... Siapa, Bu?" Aku sudah siap-siap pasang muka. Pasang muka ke bangku. Aku tak sekalipun menengok, dan hanya diam dengan menunduk. 

"Gak usah, dikasih tau... Nanti dia malu?" 

Syukurlah, bu guru masih bisa menyimpan perasaan maluku. 

Dan endingngnya, ketika hasil ujian penarikan kelas, aku terperosok ke kelas B.

Maka menyadari keterbatasanku ini, di kelas 3, ketika hari pertama pemilihan bangku, aku berusaha datang lebih awal ke kelas untuk bisa dapat bangku paling depan. Toh udah ku usahakan dapat pagi-pagi sekali, tetap saja bukan aku yang paling pertama datang. Kelas sudah ramai terisi ketika aku mulai masuk. Bagian Depan kelas udah banyak terisi. Kecewa. Aku justru dapat bangku paling pojok belakang. Tetapi pada akhirnya aku bersyukur, ada teman yang mau bertukar bangku. Aku berhasil dapat bangku paling depan. Dan di akhir sekolah, aku lulus dengan mendapat peringkat pertama di kelasku. Peringkat 8 umum, di mana peringkat 1 s.d 7 semua berasal dari kelas A. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.